Semua yang terjadi pasti ada awal dan akhirnya. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Setiap yang hidup pasti mati.
      Awalnya Angel tidak mengetahui apa pun tentang penyakit yang  dideritanya. Angel yang selalu tersenyum dan selalu ceria kini berubah  menjadi pemurung dan pendiam. Mamanya sangatlah bingung akan perubahan  seorang Angel. Angel yang dulu dikenal sebagai sosok gadis yang nyaris  sempurna, dia gadis yang baik, suka menolong dan selalu tersenyum.  Bahkan dia mendapatkan julukan si malaikat cantik sesuai dengan namanya  Angel. Hari itu adalah hari yang tidak akan mungkin bisa dilupakan oleh Angel.  Hari itu adalah hari yang sangat menyakitkan yang membuat dunia Angel  runtuh. Ketika dia tidak sengaja mendengar pembicaraan dokter dan  mamanya di rumah sakit. “jadi gimana dok?” kata mama Angel. “melihat dari hasil pemeriksaan bisa dilihat disini otak kecil putri ibu  mengalami penyusutan atau pengecilan, ini akan menyebabkan kelumpuhan  permanen bahkan dapat menyebabkan kematian, dia tidak akan mampu menjaga  keseimbangan tubuhnya, bisa dilakukan operasi untuk menyembuhkannya  akan tetapi penyakit anak ibu sudah stadium akhir jadi mekipun dilakukan  operasi belum tentu akan membantunya bertahan hidup, sebaiknya putri  ibu dirawat dirumah sakit untuk melakukan terapi.” Kata sang dokter.
   Itulah kalimat sang dokter yang didengar oleh Angel. Seketika  air mata pun mengalir di pipi Angel. Angel pun berlari dan terus  berlari sambil menangis. Hatinya sakit, hatinya terluka mendengar dia  mengidap penyakit yang parah. Dari hari itu Angel berubah menjadi  pendiam dan pemurung. Bagi Angel hidup dia tidak ada artinya lagi. Dia  hanya tinggal menunggu waktunya berakhir. Berkali-kali dia bertanya  dalam hatinya mengapa harus dia yang mendapatkan penyakit ini. Dia masih  muda, masih ingin bermain, ingin bercanda, dan dia ingin mencintai  seorang pria. Namun, dengan adanya penyakit ini membuatnya tidak mampu  menata kehidupannya seperti dulu. Dalam hati Angel dia berkata “ Tuhan,  egoiskah aku jika aku menginginkan hidup lebih lama di dunia-Mu ini  Tuhan. Tak pernah terbayang aku akan mengidap penyakit ini. Egoiskah aku  bila masih ingin terus hidup bahkan lebih lama dari yang telah  ditakdirkan. Tuhan, hanya tangis dan air mataku ini yang mengurangi rasa  penat dihati ini. Hidup memang tak adil tapi mengapa penyakit ini  menyerangku?? Aku tak sanggup hidup seperti ini. Mungkinkah akan dapat  bertahan hidup lebih lama? Aku hanya ingin merasakan apa yang semua  orang rasakan. Air mata ini tak kan berhenti bila memikirkan kehidupan  yang akan datang ketika aku tau sulit bagiku untuk bertahan hidup. Namun  ringankanlah beban ini Tuhan.”
   Beberapa bulan telah berlalu Angel masih membuka matanya  namun, dia sudah tak mampu berjalan lagi, sekarang dia duduk di kursi  roda dan hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Usaha Angel untuk  melakukan terapi telah dilakukannya namun dia tidak mendapatkan kemajuan  yang signifikan. Kondisinya semakin parah dengan kaki yang sudah tidak  bisa digunakan untuk berjalan. Angel pun semakin frustasi. Tidak ada  harapan lagi baginya untuk melanjutkan hidupnya ini yang entah sampai  kapan. Bila malam datang dia selalu cemas akankah dia mampu membuka  matanya pada esok hari dan bila pagi datang dia bersyukur masih  diberikan waktu untuk hidup.
Sampai suatu hari mamanya berbicara dengan Angel “tidak ada gunanya kamu selalu merenungi, menangisi, penyakit yang kamu  derita ini, mama yakin kamu akan sembuh dan dapat berlari lagi dan dapat  merasakan apa yang orang lain rasakan, tidak ada gunanya kamu  mengeluarkan air matamu itu, mama sudah lama tidak melihat senyuman  kamu, mama sedih telah kehilangan malaikat cantik mama. Mama mau kamu  tersenyum kembali dan optimis menjalani hidup kamu, mama yakin kamu akan  sembuh, kenapa mama yakin karena mama adalah ibu kamu.”
Malam pun tiba, entah mengapa Angel ingin sekali istirahat  dia sudah letih, dia pun berkata “Tuhan, aku sudah letih. Aku ingin  istirahat Tuhan. Aku ingin menutup mataku ini.” Sebelum Angel tidur dia  sempat menuliskan sesuatu.
     Ketika manusia memiliki sifat egois sebenarnya itu wajar.  Pernahkah terbayang akan mengidap penyakit yang sulit disembuhkan.  Pernahkan terbayang bila telah menutup mata dan tertidur untuk  selamanya. Tak bisa lagi merasakan sejuknya udara pagi. Tertawa bercanda  bersama orang yang disayangi. Namun apa yang bisa dilihat di akhir  kehidupan. Hanyalah raut wajah kesedihan dari orang yang disayangi.  Egoiskah bila masih ingin hidup bahkan lebih lama dari yang telah  ditakdirkan. Hanya dengan tetesan air mata yang mampu mengurangkan rasa  beban dihati. Tuhan memang tak adil. Aku tak sanggup hidup seperti ini.  Dimana aku tak bisa menulis, berbicara, dan berjalan. Mungkinkah akan  dapat bertahan hidup lebih lama. Hanya ingin merasakan apa yang semua  orang rasakan. Ingin bercanda, tertawa lepas dan berlari. Mencintai dan  dicintai oleh seorang pria yang disukai. Ingin menutup mata di dalam  pelukannya. Mungkin dikehidupan yang lain aku akan mampu tertawa dan  berlari dan aku akan dikelilingi oleh banyak bunga. Meskipun tidak ada  yang menemani. Egoiskah aku ingin hidup lebih lama. Perjuangan ini tak  akan sia-sia. Selama berusaha. Tegar dan menerima diri yang sekarang.  Berjuang hidup demi kehidupan kelak yang selalu ada dalam benak hati.  Air mataku tak berhenti bila memikirkan kehidupan yang akan datang  ketika aku tahu sulit bagiku untuk bertahan hidup. Sejenak ingin  melupakan semua itu dan memejamkan mata karena aku sudah letih menapaki  kehidupan ini. Angel.
    Esok paginya Angel pergi untuk selamanya. Seminggu kemudian  tulisan terakhir Angel pun diterbitkan di semua majalah ibu kota. Dalam  hati mamanya berkata ”istirahat yang tenang, kamu telah menemukan tempat  yang indah yaitu taman surga yang selalu kamu impikan. Mama akan selalu  bisa melihat kamu karena kamu malaikat cantik mama Angel, bintang hati  mama”.

 
 
                   
                   
0 komentar:
Posting Komentar