Langit sore,
matahari yang hampir terbenam, cahaya yang kemerahan, desiran ombak di sore
hari. Suasana itu sangat membuat diriku tenang. Menikmati semua keindahan itu
seakan menghentikan waktu dan aku tidak mau suasana itu pergi. Setiap hari dan
setiap sore aku pergi ke pantai itu untuk menikmati semua keindahan itu seorang
diri, yah hanya seorang diri.
Aku memang sangat menyukai
kesendirianku, aku pun tidak tahu mengapa aku sangat senang jika aku sendiri.
Aku tidak begitu menyukai keramaian. Keramaian hanya bisa membuat aku pusing.
Aku memang terlahir ke dunia ini sudah sendiri. Aku tinggal di dalam sebuah
panti, aku pun tidak mengetahui dimana dan siapa kedua orang tuaku. Aku hanya
mengetahui ibu panti yang sudah merawat diriku sampai sekarang dan memberikan
rasa kasih sayang yang teramat besar enggak kalah sama kasih sayang orang tua
kandung, ibu panti itu bernama Ibu Yanti.
Sore itu sama dengan sore-sore
sebelumnya, enggak ada yang berubah dan enggak ada yang spesial. Perasaanku pun
sama seperti sebelumnya. Hari semakin sore dan langit pun mulai pun mulai
berubah warna menjadi kelabu gelap, saatnya untukku pulang ke panti.
***
Panti inilah yang menjadi rumahku
selama ini, tempat aku tumbuh dan berkembang. Tempat ini yang mengajariku
banyak hal. Dulu aku mempunyai seorang teman, seorang pria yang bernama Jaka.
Dulu kami adalah teman dekat yang tidak pernah terpisahkan. Kemana pun aku
pergi pasti ada Jaka, dan kemana pun dia pergi pasti ada aku. Kini Jaka sudah
tidak berada di panti ini lagi, dulu dia diadopsi dengan orang kaya. Aku tidak
tahu alasan apa yang membuat dia pergi untuk meninggalkan aku di panti ini
sendiri. Dia pun pergi tanpa meninggalkan sebuah pesan. Alhasil sampai saat ini
aku tidak mau diadopsi oleh siapa pun karena aku masih berharap dan sangat
berharap suatu saat nanti Jaka akan kembali ke panti ini dan hanya dia yang
bisa membawa aku pergi dari panti ini dan hidup bersamanya.
***
Bertahun-tahun aku menunggu sampai
hari ini aku masih setia menunggunya disini. Tapi, jangan pernah berpikir aku
tidak melakukan apa-apa di penantian yang panjang ini. Aku sekolah sama dengan
yang lainnya, aku pun bisa kuliah dan sekarang aku bekerja di sebuah cake shop, sebagai manager keuangan
disana. Yah, bisa dibilang sekarang aku bisa membiayai hidup ku dan mengurus
panti ini. Masalah percintaan?? Ah, kalian jangan pertanyakan itu kepadaku.
Bukan karena aku tidak laku atau aku ini jelek. Tapi, aku memegang satu prinsip
disini. Banyak memang cinta-cinta itu datang dan mendekati aku, tapi aku tolak.
Satu alasan yang masih terbenam di hati ini, aku menantikan Jaka yang datang
dan menyatakan cinta kepadaku. Yah, dialah cinta pertamaku dan akan menjadi
cinta terakhirku. Meskipun aku tidak tahu sampai kapan aku akan bertahan dalam
situasi ini, mungkin sehari lagi, seminggu lagi, sebulan lagi, atau setahun
lagi. Aku tidak tahu.
Aku akan berhenti berharap Jaka akan
menjadi milikku jika dia datang dengan membawa pasangan hidupnya di depan kedua
mataku, atau dia pergi selamanya ke pangkuan Tuhan. Mungkin aku akan susah
menerimanya dan aku akan susah untuk kembali hidup dan menemukan cinta. Tapi,
entah dari mana kekuatan itu, aku bisa merasa yakin bahwa suatu saat nanti dia
akan kembali kepadaku dengan sendirinya.
***
“Ra... Ra...
Rara...!!!” teriak seseorang yang memanggil diriku.
Aku pun tersadar
dari lamunan panjangku tentang masa lalu yang enggak akan pernah aku lupain.
Entah ini sudah keberapa kalinya aku melamunkan itu.
“Rara” panggil
suara itu lagi dan sekarang membuat aku sadar, yah benar-benar sadar.
“emh”
“lu ngapain sih
bengong disini, dikamar, sendirian lagi” tanya Dira sahabatku sekarang.
*to be continued*
0 komentar:
Posting Komentar