In cerpen

MY ANGEL


      Semua yang terjadi pasti ada awal dan akhirnya. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Setiap yang hidup pasti mati.

      Kisah ini bercerita tentang seorang gadis yang bernama Angel yang berjuang untuk hidup melawan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.       


      Awalnya Angel tidak mengetahui apa pun tentang penyakit yang dideritanya. Angel yang selalu tersenyum dan selalu ceria kini berubah menjadi pemurung dan pendiam. Mamanya sangatlah bingung akan perubahan seorang Angel. Angel yang dulu dikenal sebagai sosok gadis yang nyaris sempurna, dia gadis yang baik, suka menolong dan selalu tersenyum. Bahkan dia mendapatkan julukan si malaikat cantik sesuai dengan namanya Angel. Hari itu adalah hari yang tidak akan mungkin bisa dilupakan oleh Angel. Hari itu adalah hari yang sangat menyakitkan yang membuat dunia Angel runtuh. Ketika dia tidak sengaja mendengar pembicaraan dokter dan mamanya di rumah sakit. “jadi gimana dok?” kata mama Angel. “melihat dari hasil pemeriksaan bisa dilihat disini otak kecil putri ibu mengalami penyusutan atau pengecilan, ini akan menyebabkan kelumpuhan permanen bahkan dapat menyebabkan kematian, dia tidak akan mampu menjaga keseimbangan tubuhnya, bisa dilakukan operasi untuk menyembuhkannya akan tetapi penyakit anak ibu sudah stadium akhir jadi mekipun dilakukan operasi belum tentu akan membantunya bertahan hidup, sebaiknya putri ibu dirawat dirumah sakit untuk melakukan terapi.” Kata sang dokter.




   Itulah kalimat sang dokter yang didengar oleh Angel. Seketika air mata pun mengalir di pipi Angel. Angel pun berlari dan terus berlari sambil menangis. Hatinya sakit, hatinya terluka mendengar dia mengidap penyakit yang parah. Dari hari itu Angel berubah menjadi pendiam dan pemurung. Bagi Angel hidup dia tidak ada artinya lagi. Dia hanya tinggal menunggu waktunya berakhir. Berkali-kali dia bertanya dalam hatinya mengapa harus dia yang mendapatkan penyakit ini. Dia masih muda, masih ingin bermain, ingin bercanda, dan dia ingin mencintai seorang pria. Namun, dengan adanya penyakit ini membuatnya tidak mampu menata kehidupannya seperti dulu. Dalam hati Angel dia berkata “ Tuhan, egoiskah aku jika aku menginginkan hidup lebih lama di dunia-Mu ini Tuhan. Tak pernah terbayang aku akan mengidap penyakit ini. Egoiskah aku bila masih ingin terus hidup bahkan lebih lama dari yang telah ditakdirkan. Tuhan, hanya tangis dan air mataku ini yang mengurangi rasa penat dihati ini. Hidup memang tak adil tapi mengapa penyakit ini menyerangku?? Aku tak sanggup hidup seperti ini. Mungkinkah akan dapat bertahan hidup lebih lama? Aku hanya ingin merasakan apa yang semua orang rasakan. Air mata ini tak kan berhenti bila memikirkan kehidupan yang akan datang ketika aku tau sulit bagiku untuk bertahan hidup. Namun ringankanlah beban ini Tuhan.”

   Beberapa bulan telah berlalu Angel masih membuka matanya namun, dia sudah tak mampu berjalan lagi, sekarang dia duduk di kursi roda dan hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Usaha Angel untuk melakukan terapi telah dilakukannya namun dia tidak mendapatkan kemajuan yang signifikan. Kondisinya semakin parah dengan kaki yang sudah tidak bisa digunakan untuk berjalan. Angel pun semakin frustasi. Tidak ada harapan lagi baginya untuk melanjutkan hidupnya ini yang entah sampai kapan. Bila malam datang dia selalu cemas akankah dia mampu membuka matanya pada esok hari dan bila pagi datang dia bersyukur masih diberikan waktu untuk hidup.

Sampai suatu hari mamanya berbicara dengan Angel “tidak ada gunanya kamu selalu merenungi, menangisi, penyakit yang kamu derita ini, mama yakin kamu akan sembuh dan dapat berlari lagi dan dapat merasakan apa yang orang lain rasakan, tidak ada gunanya kamu mengeluarkan air matamu itu, mama sudah lama tidak melihat senyuman kamu, mama sedih telah kehilangan malaikat cantik mama. Mama mau kamu tersenyum kembali dan optimis menjalani hidup kamu, mama yakin kamu akan sembuh, kenapa mama yakin karena mama adalah ibu kamu.”


Malam pun tiba, entah mengapa Angel ingin sekali istirahat dia sudah letih, dia pun berkata “Tuhan, aku sudah letih. Aku ingin istirahat Tuhan. Aku ingin menutup mataku ini.” Sebelum Angel tidur dia sempat menuliskan sesuatu.

     Ketika manusia memiliki sifat egois sebenarnya itu wajar. Pernahkah terbayang akan mengidap penyakit yang sulit disembuhkan. Pernahkan terbayang bila telah menutup mata dan tertidur untuk selamanya. Tak bisa lagi merasakan sejuknya udara pagi. Tertawa bercanda bersama orang yang disayangi. Namun apa yang bisa dilihat di akhir kehidupan. Hanyalah raut wajah kesedihan dari orang yang disayangi. Egoiskah bila masih ingin hidup bahkan lebih lama dari yang telah ditakdirkan. Hanya dengan tetesan air mata yang mampu mengurangkan rasa beban dihati. Tuhan memang tak adil. Aku tak sanggup hidup seperti ini. Dimana aku tak bisa menulis, berbicara, dan berjalan. Mungkinkah akan dapat bertahan hidup lebih lama. Hanya ingin merasakan apa yang semua orang rasakan. Ingin bercanda, tertawa lepas dan berlari. Mencintai dan dicintai oleh seorang pria yang disukai. Ingin menutup mata di dalam pelukannya. Mungkin dikehidupan yang lain aku akan mampu tertawa dan berlari dan aku akan dikelilingi oleh banyak bunga. Meskipun tidak ada yang menemani. Egoiskah aku ingin hidup lebih lama. Perjuangan ini tak akan sia-sia. Selama berusaha. Tegar dan menerima diri yang sekarang. Berjuang hidup demi kehidupan kelak yang selalu ada dalam benak hati. Air mataku tak berhenti bila memikirkan kehidupan yang akan datang ketika aku tahu sulit bagiku untuk bertahan hidup. Sejenak ingin melupakan semua itu dan memejamkan mata karena aku sudah letih menapaki kehidupan ini. Angel.


    Esok paginya Angel pergi untuk selamanya. Seminggu kemudian tulisan terakhir Angel pun diterbitkan di semua majalah ibu kota. Dalam hati mamanya berkata ”istirahat yang tenang, kamu telah menemukan tempat yang indah yaitu taman surga yang selalu kamu impikan. Mama akan selalu bisa melihat kamu karena kamu malaikat cantik mama Angel, bintang hati mama”.

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar