In cerpen

APA SUSAHNYA SIH BILANG CINTA?




Banyak orang yang beranggapan mengungkapkan cinta itu gampang, bagaikan membalikkan telapak tangan. Namun, pada kenyataannya cinta itu susah banget buat diungkapin. Cinta itu hanya bisa kita rasakan tanpa kita tau makna sesungguhnya dari cinta itu sendiri.

Hari itu adalah hari dimana aku bisa bilang cinta kepada seseorang. Sebelumnya aku gak pernah bisa menyatakan itu pada seseorang. Apalagi ke cowok.

***
Emh, aku juga gak tau yah kenapa rasanya pagi ini beda banget sama pagi-pagi sebelumnya. Saat aku membukakan mata pagi ini, mataku terasa ringan sekali dengan udara pagi yang sejuk dan angin yang berhembus dari jendela kamarku yang membelai pipiku dengan lembut. Ups, maaf aku lupa memperkenalkan diri, namaku adalah Danisha. Tapi, kalian bisa panggil aku Nisha.

Ketukan pintu yang kudengar pagi itu membuyarkan semua lamunanku tentang pagi ini. Aku menghampiri pintu kamarku dengan langkah gontai.

“maaf non, kirain mbok non belum bangun, udah ditunggu nyonya non buat sarapan” kata si mbok. Pembantu rumah tanggaku yang udah setia banget sama keluargaku, dan dia lah yang mengurusiku dari kecil. Dia yang selalu ada buatku, daripada seorang wanita yang selalu aku panggil mama.

“emh, iya mbok. Aku siap-siap sebentar. Abis itu turun ke bawah. Makasih yah mbok” kataku sebelum menutup kembali pintu kamarku.

***
Beberapa menit kemudian aku sudah rapi dengan t-shirt, celana jeans dan sepatu keds yang aku gunakan dan tidak lupa tas slempang. Aku keluar dengan hati yang sedikit lebih tenang. Aku pun tidak tahu bakal terjadi apa dengan diriku hari ini. Aku pun mulai menuruni anak tangga satu per satu menuju meja makan. Namun, apa yang aku dapat meja itu malah kosong, tidak ada seorang pun yang duduk disana. Yang terlihat hanyalah si mbok yang sedang membersihkan meja dari piring kotor yang ada sebelumnya disana.

“loh, katanya mama nunggu buat sarapan, sekarang mana mamanya, mbok?” tanyaku terheran-heran ketika melihat meja makan yang sudah kosong.

“kata nyonya dia buru-buru non, ada meeting di kantornya, makanya gak bisa nunggu non lama-lama” jawab si mbok.

Itu tuh, kelakuan mama sekarang. Aku pun gak tau kenapa mama selalu aja sibuk dengan urusan kantornya. Gak pernah sekali mikirin aku. Bokap? Jangan ditanya deh, soalnya aku gak tau sama sekali tentang bokap atau kata lainnya seorang yang seharusnya aku panggil dengan sebutan papa.

“non, mau sarapan apa?” tanya si mbok membuyarkan lamunan singkatku.

“aku mau roti aja sama susu coklat yah mbok” jawabku singkat.

“oke non, tunggu sebentar” kata si mbok selanjutnya.

Beberapa menit setelahnya, roti dengan selai cokelat dan susu cokelat hangat pun tersedia di hadapanku. Aku mulai menyantapnya dengan tenang. 

***
Aku melangkahkan kakiku dengan tidak semangat untuk memasuki lingkungan kampus. Entah kenapa kampus merupakan salah satu tempat yang gak pengen sama sekali aku kunjungi. Tapi, mau gimana lagi. Aku udah disini dan aku harus menghabiskan sisa waktuku disini. Di kampus yang suram ini.
 
Mungkin, karena aku tidak suka dengan suasana kampus jadi aku tidak memiliki banyak teman disini. Aku dikenal sebagai gadis pendiam dan mungkin beberapa mahasiswi nyebut aku dengan panggilan cewek freak. Padahal aku hanya mau diam dan tidak mau terlalu ikut dengan lingkungan yang ada disekitarku. Yang dimana lingkungan itu penuh dengan orang-orang yang bermuka dua dan saling menusuk dari belakang. Jadi ingat pesen dari seorang guru saat aku SMA.

“dunia perkuliahan itu, beda sama dengan dunia sekolah yang selama ini kamu liat. Disana tempat berkumpulnya orang-orang individualis. Mereka yang mempunyai teman banyak saat dikampus adalah dia seorang yang kaya raya, dia seorang yang cantik atau tampan, dia seorang yang pintar sehingga banyak orang yang memanfaatkan dia. Tapi, dari semuanya itu gak ada satu orang teman pun yang kita temui disana senang melihat kita sukses, mereka malah mempunyai cara untuk membuat kita hancur” kata guruku panjang lebar.

Berbekal pesan itu aku jadi sedikit menutup diri dan tidak percaya dengan orang-orang yang berusah mendekatiku dikampus. Aku lebih suka berdiam diri di perpustakaan saat gak ada kelas atau sekedar duduk di taman kampus. 

***
Siang itu dikantin kampus, aku memesan ayam bakar dan es teh manis yang biasa aku pesan untuk makan siang. Saat itu lah aku bertemu dengan dia. 

“hey, pelan-pelan dong jalannya” aku berteriak saat nampan yang aku bawa hampir jatuh karena kesenggol seorang cowok yang gak hati-hati.

“ups sorry” kata cowok itu santai.

“HEYYYYYYY!!!!!” teriakku lagi saat melihat dia melangkahkan kakinya menjauh dari kantin. Seketika dia pun membalikkan tubuhnya.

“hey, gak usah pake teriak gitu dong. Lo pikir gue budek, hah?” kata cowok itu nyolot dan kembali berjalan ke arahku.

“ye, kenapa jadi lo yang nyolot? Seharusnya gue yang berhak marah sama lo. Karena lo udah hampir bikin makanan gue jatoh ke tanah” kataku emosi.

“makanan lo hampir jatoh kan? Belom jatoh? Ya udah biasa aja kali.” Katanya lagi tambah nyolot.

Aku yang gak mau memperpanjang urusan langsung pergi meninggalkan kantin dan tidak lupa menaruh uang diatas nampan bekas makanan yang aku pesan dan sama sekali belum ku sentuh.

***
“anjrit siapa sih tuh cowok, nyebelin banget. Sok banget oke.” Kataku menggerutu sendiri saat aku mendapatkan tempat di taman kampus.

Suara kriuk yang ditimbulkan perutku, membuat aku memegang perutku yang kelaparan karena belum makan. Mau balik lagi ke kantin udah males. Males kalo harus ketemu sama cowok belagu nan songong itu.

***
Gue baru aja kelar menyantap makan siang di kantin. Gue yang pada saat itu sedang membayar dan hendak pergi secara gak sengaja menabrak seorang cewek yang sedang membawa nampan yang berisikan makan siangnya. 

“hey, pelan-pelan dong jalannya” kata cewek itu. 

Gue cuma bisa bilang “ups sorry”. Setelah itu gue pergi meninggalkan kantin. Dan tiba-tiba gue denger satu teriakan.

“HEYYYYYYY!!!!!”
Gue berhenti sejenak dan segera membalikkan tubuh gue dan gue ngeliat cewek itu sedang melihat kearahnya dengan tatapan mata yang penuh dengan amarah. Gue gak suka diliatin kayak gitu.
“hey, gak usah pake teriak gitu dong. Lo pikir gue budek, hah?” kata gue emosi.

*to be continued*

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar