In Tulisan Iseng

Ketika Malam dan Kegelapan Mengetuk Pintu





Huh, aku selalu tidak siap jika malam datang. Malam terlalu mengerikan, malam banyak mengubah manusia-manusia menjadi karakter yang  berbeda. Malam yang selalu gelap, dan aku benci kegelapan. Aku benci bila harus berjalan sendirian di tengah malam yang gelap. Entah kenapa malah Malam dan Kegelapan yang mengetuk pintu rumahku, padahal aku sedang merindukan senja dan langit sorenya. Mengapa bukan mereka berdua yang datang? Padahal aku ingin sekali bercerita bersama mereka. Tapi, malam dan kegelapan yang datang membuatku takut. Mereka memang selalu menakutiku. Meskipun banyak yang bilang tidak semua malam dan kegelapan itu menyeramkan.

Entahlah, sepertinya kata-kata itu tidak berpengaruh pada diriku. Diriku tetap saja merasa takut dengan malam dan kegelapan yang menyertainya. Memang sih, selalu ada siang dan pasti selalu ada malam. Tapi, apa aku salah bila aku tidak menyukai malam dan kegelapannya.

Sebuah bintang yang sedang menyaksikan aku menulis dan merutuk malam yang datang, menegurku dan berkata “hai, gadis cantik yang sedang merindukan senja. Mengapa kamu sangat tidak menyukai malam? Bukankah malam merupakan waktu yang indah.” dan aku pun menjawab “waktu yg indah? waktu yang indah untuk siapa?? untuk diriku atau untuk dirimu?” kataku setengah mencibir bintang. Bintang pun berkata “hey, coba lah kau lihat aku, aku selalu hadir dan menghiasi malam. Aku ini indah bukan? dengan cahaya dan kerlap-kerlip yang berasal dari tubuhku. Jadi apa yang perlu kau takutkan, Kau lihat sang rembulan, dia selalu bernyanyi, tidak kah kau bisa mendengarkan nyanyiannya? jadi apa yang perlu kau takutkan? Aku dan sang rembulan menemani malam dengan cahaya dan suara nyanyiaan yang membuat malam tidak sepi dan menjadikan malam dengan kegelapan yang tidak menakutkan sama sekali.”. Aku pun berkata “Kalau memang kau dan rembulan itu ada dan hadir untuk malam, mengapa kau dan rembulan tidak pernah membuat aku merasa nyaman. Mengapa kau tidak mencoba berbicara padaku, menjadi teman baikku, sehingga aku tidak perlu lagi takut pada malam dan kegelapan yang menyertainya.”

Percakapan itu berakhir begitu saja. Ah peduli apa dengan malam, bintang dan rembulan. Aku tetap saja takut pada malam dan kegelapan. Aku mohon pulanglah segera kalian dari sini. Pergilah malam dan enyahlah kegelapan. Aku sangat ketakutan bila kau masih disini.

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar